SEJARAH - Pemerintahan Orde Lama, Orde Baru, Reformasi
SEBAB-SEBAB RUNTUHNYA MASA ORDE LAMA DAN LAHIRNYA ORDE
BARU
1. Terjadinya peristiwa gerakan 30 September 1965
2. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena
peristiwa gerakan 30 september 1965, ditambah adanya konflik di angkatan darat
yang sudah berlangsung lama
3. Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi
mencapai 600% sedangkan ipaya pemerintah melakukan davaluasi rupiah dan
kenaikan harga bahan bakar menyebabkan timbulnya keresahan mastarakat
4.Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk
peristiwa pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh PKI. Rakyat
melakukan demostrasi menuntut agar PKI beserta organisasi masanya dibubarkan
serta tokoh-tokohnya diadili
5. Kesatuan aksi ( KAMI, KAPI, KAPPI, KASI, dsb ) yang ada di masyarakat bergabung membentuk kesatuan aksi beruoa "Front Pancasila" yang selanjutnya lebih dikenal dengan "Angkatan 66" untuk menghancurkan tokoh yang terlibat dalam gerakan 30 September 1965
6. Kesatuan Aksi "Front Pancasila" pada 10 Januaru 1966 didepan gedung DPR-GR mengajukan tuntunan "TRITURA" (Tri Tuntunan Rakyat) yang berisi :
- Pembubaran PKI beserta Organisasi Massanya
- Pembersihan Kabinet Dwikora
- Penurunan harga-harga barang
7. Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan pembentukan Kabinet Seratus Menteri tidak juga memuaskan rakyat sebab rakyat menganggap di kabinet tersebut duduk tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965
8.Wibawa dan kekuasaan presiden Soekarno semakin menurun setelah upaya untuk mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerekan 30 September 1965 tidak berhasil dilakukan meskipun telah dibentuk Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub)
9. Sidang paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang sedang bergejolak tak juga berhasil. maka presidan mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (SUPERSEMAR) yang ditujukan bagi Letjen Soeharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi keadaang negara yang semakin kacau dan sulit dikendalikan.
KEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA ORDE LAMA, ORDE BARU DAN REFORMASI
Persamaan :
- sama-sama masih terdapat ketimpangan ekonomi, kemiskinan, dan kedtidakadilan
- adanya KKN ( Korupsi, Kolusi, Nepotisme)
- kebijakan pemerintah. sejak pemerintahan orde lama hingga orde reformasi kini, kewenangan menjalankan anggaran negara tetap pada prseiden.
Perbedaan :
1. Masa Demokrasi Liberal
Masa Orde Lama : masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal.
Masa Orde Baru : pada masa krisis ekonomi, ditandai dengan tumabngnya pemerintahan orde baru kemudian disusul dengan era reformasi yang dimulai oleh pemerintahan Presiden Habibie. Pada masa ini tidak hanya hal ketatanegaraan yang mengalami perubahan, namun juga kebijakan ekonomi. sehingga apa yang telah stabil dijalankan selama 32 tahun, terpaksa mengalami perubahan guna menyesuaikan dengan keadaan.
2.Masalah Pemanfaatan Kekayaan Alam
Masa Orde Lama : Konsep Bung Karno tentang kekayaan alam sangat jelas. jika bangsa Indonesia belum mampu atau belum punya iptek untuk mengembangkan minyak bumi dsb biarlah SDA tetap berada di dalam perut bumi Indonesia.
Masa Orde Baru : Konsepnya bertolak belakang dengan Orde Lama. sehingga rakyat pun merasa hidup berkecukupan pada masa orde baru. Beras murah, padahal sebagian adalah beras import. Beberapa gelintir orang mendapat rente ekonomi yang luar biasa dari berbagai jenis monopoli import komoditi bahan pokok, termasuk beras, terigu, kedelai, dsb.
3.Sistem Pemerinatah
Orde Lama : kebijakan pada pemerintah, berorientasu pada politik, semua proyek diserahkan kepada pemerintah, sentralistil, demokrasi terpimpin, sekularisme.
Orde Baru : Kebijakan masih pada pemerintah, namun sektor ekonomi sudah diserahlan ke swasta asong, fokus pada pembangunan ekonomi, sentralustik, demokrai pancasial, kapitalisme .
4. Orde Lama : Diskriminasi etnis Tionghas serta kesenajngan sosial dan KKN
Orde Baru :Diskriminasi Ekonomi dan Diskriminasi Etnis Tionghoa serta banyaknya KKN ( Kolusi, koruosi, dan nepotisme.
5. Orde Lama : Pelanggaran HAM yaotu Tragedi PKI dan pengahapusan Presiden seumur hidup
Orde Baru : Larangan kebebasan berpendapat (ditolaknya HAM) pada Tragedi mei 1998 (Penculikan mahasiswa Trisakti)
6. Orde Lama : kebijakan pada pemerinatahn, berorientasi pada politik, semua proyek diserahkan kepada pemerinatah, sentralistik, tidak menenal demokrasi.
Orde Baru : Kebijakan masih pada pemerintah, namun sektor ekonomi sudah diserah kan ke swasta/asing, fokus pada pembangunan ekonomi, sentralistik, tidak menganal demokarsi
PERSAMAAN IDEOLOGI ORDE BARU DAN ORDE LAMA
Ada persamaan dan perbedaan yang mencolok antara ORDE BARU dibawah Soeharto dan ORDE LAMA di bawah Soekarno
persamaanya, baik Soekarno maupun Soeharto melakukan POLITICAL AND ROLE SHARING dan PARTNERSHIP (hubungan kemitraan) antara sipil dan militer
Bedanya, jika masa demokrasi terpimpin (Orde Lama) militer mendjadi Mitra Junior Sipil, sedangkan pada Demokrasi Pancasila (Orde Baru) militer menjadi Mitra Senior Sipil
Kedua Pemimpin Nasional ini juga pada akhrinya menerapkan sistem pemerintanan Non-Demokratis yang terpusat pada satu orang (Absolutisme atau Court Politics), dan Sentralisme kekuasaan pusat daerah
Ketika Soeharto sudah tidak lagi menjadi Jendral Aktif, ia juga melakukan Subjective Civilian Control dan Patronising terhadap Militer. Suatu kebiasaan yang sudah berlaku sejak masa Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Terpimpin.
Soekarno menyeragamkan cara berfikir dan bertindak masyarakat melalui Indoktrinasi. Tujuh Bahan Pokok Indoktrinasi (TUBAPI) dan Manifesto Politik (MANIPOL) tentang UUD 1945, Sosialisme Terpimpin, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, Kepribadian Bangsa (USDEK), termasuk dalam hal imi ajaran mengenai Nasionalisme-Agama-Komunisme (NASAKOM) dan Pancasila
Soeharto menerapkannya melalui INDOKTRINASI Pedoman Pengahyatan dan Pengalaman Pancasila ( P4)
Soeharto mewajibkan partai-partai politik untuk meletakkan Pancasila sebagai ideologi partainya dan menciutkan jumlah partai politik menjadi 10 partai.
Soeharto terlebih lagi mewajibkan asas tunggal PANCASILA sebagai satu-satunya asas partai-partai politik dan organisasi kemasyarakatan dan mengecilkan 10 partai politik menjadi 3 partai
MASA ORDE BARU
Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada masa Orde Lama.
Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.
Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.
Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau Orde Baru. Pengucilan politik - di Eropa Timur sering disebut lustrasi - dilakukan terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak. Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat "dibuang" ke Pulau Buru.
Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer. DPR dan MPR tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan militer, khususnya mereka yang dekat dengan Cendana. Hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat. Pembagian PAD juga kurang adil karena 70% dari PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang pembangunan antara pusat dan daerah.
Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi dari seminar Seskoad II 1966 dan konsep akselerasi pembangunan II yang diusung Ali Moertopo. Soeharto merestrukturisasi politik dan ekonomi dengan dwi tujuan, bisa tercapainya stabilitas politik pada satu sisi dan pertumbuhan ekonomi di pihak lain. Dengan ditopang kekuatan Golkar, TNI, dan lembaga pemikir serta dukungan kapital internasional, Soeharto mampu menciptakan sistem politik dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi.
Jenderal Soeharto Penguasa Orde Baru
Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) tahun 1966 merupakan dasar legalitas dimulainya pemerintahan Orde Baru di Indonesia. Orde Baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa, dan negara, yang diletakan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dan juga dapat dikatakan bahwa Orde Baru merupakan koreksi terhadap penyelewangan pada masa lampau, dan berusaha untuk menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan bangsa. Melalui Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966, Letjen Soeharto ditugaskan oleh MPRS untuk membentuk Kabinet Ampera. Akibatnya muncul dualisme kepemimpinan nasional. Berdasarkan Keputrusan Presiden No. 163 tanggal 25 Juli 1966 dibentuklah Kabinet Ampera.Dalam kabinet baru tersebut Soekarno tetap sebagai presiden dan sekaligus menjabat sebagai pimpinan kabinet. Tetapi ketika kabinet Ampera dirombak pada tanggal 11 Oktober 1966, jabatan Presiden tetap dipegang Soekarno, dan Letjen Soeharto diangkat sebagai perdanamenteri yang memiliki kekuasaan eksekutif dalam kabinet Ampera yang disempurnakan. Sesuai dengan Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966, menyebabkan kekuasaan pemerintahan di tangan Soeharto semakin besar sejak awal tahun 1967. Pada 10 Januari 1967 Presiden Soekarno menyerahkan Pelengkap pidato pertanggungjawaban presiden yang disebut PelNawaksara, tidak diterima oleh MPRS berdasarkan Keputusan Pimpinan MPRS No. 13/B/1967. Dan pada tanggal 20 Februari diumumkan tentang penyerahan kekuasaan kepada pengemban Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966. Sebagai tindak lanjut lembaga tertinggi Negara ini mengeluarkan Ketetapan No. XXXIII/MPRS/1967 tertanggal 12 Maret 1967, yang secara resmi mencabut seluruh kekuasaan pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno, dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat presiden Republik Indonesia. Dengan dikeluarkannya Ketetapan MPRS itu, situasi konflik yang telah menyebabkan terjadinya instabilitas politik nasional dapat teratasi. Dan pada tanggal 27 Maret 1968 Soeharto diangkat sebagai presiden Republik Indonesia berdasarkan Ketetapan MPRS No. XLIV/MPRS/1968, sampai presiden baru hasil pemilu ditetapkanLangkah-langkah yang dilakukan adalah
1.Pembentukan Kabinet Pembangunan
Kabinet pertama pada masa peralihan kekuasaan adalah Kabinet Ampera dengan tugasnya Dwi Darma Kabinat Ampera yaitu menciptakan stabilitas politik dan stabilitasekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Program Kabinet Ampera terkenal dengan nama Catur Karya Kabinet Ampera yakni
5. Kesatuan aksi ( KAMI, KAPI, KAPPI, KASI, dsb ) yang ada di masyarakat bergabung membentuk kesatuan aksi beruoa "Front Pancasila" yang selanjutnya lebih dikenal dengan "Angkatan 66" untuk menghancurkan tokoh yang terlibat dalam gerakan 30 September 1965
6. Kesatuan Aksi "Front Pancasila" pada 10 Januaru 1966 didepan gedung DPR-GR mengajukan tuntunan "TRITURA" (Tri Tuntunan Rakyat) yang berisi :
- Pembubaran PKI beserta Organisasi Massanya
- Pembersihan Kabinet Dwikora
- Penurunan harga-harga barang
7. Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan pembentukan Kabinet Seratus Menteri tidak juga memuaskan rakyat sebab rakyat menganggap di kabinet tersebut duduk tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965
8.Wibawa dan kekuasaan presiden Soekarno semakin menurun setelah upaya untuk mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerekan 30 September 1965 tidak berhasil dilakukan meskipun telah dibentuk Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub)
9. Sidang paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang sedang bergejolak tak juga berhasil. maka presidan mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (SUPERSEMAR) yang ditujukan bagi Letjen Soeharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi keadaang negara yang semakin kacau dan sulit dikendalikan.
KEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA ORDE LAMA, ORDE BARU DAN REFORMASI
Persamaan :
- sama-sama masih terdapat ketimpangan ekonomi, kemiskinan, dan kedtidakadilan
- adanya KKN ( Korupsi, Kolusi, Nepotisme)
- kebijakan pemerintah. sejak pemerintahan orde lama hingga orde reformasi kini, kewenangan menjalankan anggaran negara tetap pada prseiden.
Perbedaan :
1. Masa Demokrasi Liberal
Masa Orde Lama : masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal.
Masa Orde Baru : pada masa krisis ekonomi, ditandai dengan tumabngnya pemerintahan orde baru kemudian disusul dengan era reformasi yang dimulai oleh pemerintahan Presiden Habibie. Pada masa ini tidak hanya hal ketatanegaraan yang mengalami perubahan, namun juga kebijakan ekonomi. sehingga apa yang telah stabil dijalankan selama 32 tahun, terpaksa mengalami perubahan guna menyesuaikan dengan keadaan.
2.Masalah Pemanfaatan Kekayaan Alam
Masa Orde Lama : Konsep Bung Karno tentang kekayaan alam sangat jelas. jika bangsa Indonesia belum mampu atau belum punya iptek untuk mengembangkan minyak bumi dsb biarlah SDA tetap berada di dalam perut bumi Indonesia.
Masa Orde Baru : Konsepnya bertolak belakang dengan Orde Lama. sehingga rakyat pun merasa hidup berkecukupan pada masa orde baru. Beras murah, padahal sebagian adalah beras import. Beberapa gelintir orang mendapat rente ekonomi yang luar biasa dari berbagai jenis monopoli import komoditi bahan pokok, termasuk beras, terigu, kedelai, dsb.
3.Sistem Pemerinatah
Orde Lama : kebijakan pada pemerintah, berorientasu pada politik, semua proyek diserahkan kepada pemerintah, sentralistil, demokrasi terpimpin, sekularisme.
Orde Baru : Kebijakan masih pada pemerintah, namun sektor ekonomi sudah diserahlan ke swasta asong, fokus pada pembangunan ekonomi, sentralustik, demokrai pancasial, kapitalisme .
4. Orde Lama : Diskriminasi etnis Tionghas serta kesenajngan sosial dan KKN
Orde Baru :Diskriminasi Ekonomi dan Diskriminasi Etnis Tionghoa serta banyaknya KKN ( Kolusi, koruosi, dan nepotisme.
5. Orde Lama : Pelanggaran HAM yaotu Tragedi PKI dan pengahapusan Presiden seumur hidup
Orde Baru : Larangan kebebasan berpendapat (ditolaknya HAM) pada Tragedi mei 1998 (Penculikan mahasiswa Trisakti)
6. Orde Lama : kebijakan pada pemerinatahn, berorientasi pada politik, semua proyek diserahkan kepada pemerinatah, sentralistik, tidak menenal demokrasi.
Orde Baru : Kebijakan masih pada pemerintah, namun sektor ekonomi sudah diserah kan ke swasta/asing, fokus pada pembangunan ekonomi, sentralistik, tidak menganal demokarsi
PERSAMAAN IDEOLOGI ORDE BARU DAN ORDE LAMA
Ada persamaan dan perbedaan yang mencolok antara ORDE BARU dibawah Soeharto dan ORDE LAMA di bawah Soekarno
persamaanya, baik Soekarno maupun Soeharto melakukan POLITICAL AND ROLE SHARING dan PARTNERSHIP (hubungan kemitraan) antara sipil dan militer
Bedanya, jika masa demokrasi terpimpin (Orde Lama) militer mendjadi Mitra Junior Sipil, sedangkan pada Demokrasi Pancasila (Orde Baru) militer menjadi Mitra Senior Sipil
Kedua Pemimpin Nasional ini juga pada akhrinya menerapkan sistem pemerintanan Non-Demokratis yang terpusat pada satu orang (Absolutisme atau Court Politics), dan Sentralisme kekuasaan pusat daerah
Ketika Soeharto sudah tidak lagi menjadi Jendral Aktif, ia juga melakukan Subjective Civilian Control dan Patronising terhadap Militer. Suatu kebiasaan yang sudah berlaku sejak masa Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Terpimpin.
Soekarno menyeragamkan cara berfikir dan bertindak masyarakat melalui Indoktrinasi. Tujuh Bahan Pokok Indoktrinasi (TUBAPI) dan Manifesto Politik (MANIPOL) tentang UUD 1945, Sosialisme Terpimpin, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, Kepribadian Bangsa (USDEK), termasuk dalam hal imi ajaran mengenai Nasionalisme-Agama-Komunisme (NASAKOM) dan Pancasila
Soeharto menerapkannya melalui INDOKTRINASI Pedoman Pengahyatan dan Pengalaman Pancasila ( P4)
Soeharto mewajibkan partai-partai politik untuk meletakkan Pancasila sebagai ideologi partainya dan menciutkan jumlah partai politik menjadi 10 partai.
Soeharto terlebih lagi mewajibkan asas tunggal PANCASILA sebagai satu-satunya asas partai-partai politik dan organisasi kemasyarakatan dan mengecilkan 10 partai politik menjadi 3 partai
MASA ORDE BARU
Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada masa Orde Lama.
Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.
Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.
Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau Orde Baru. Pengucilan politik - di Eropa Timur sering disebut lustrasi - dilakukan terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak. Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat "dibuang" ke Pulau Buru.
Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer. DPR dan MPR tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan militer, khususnya mereka yang dekat dengan Cendana. Hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat. Pembagian PAD juga kurang adil karena 70% dari PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang pembangunan antara pusat dan daerah.
Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi dari seminar Seskoad II 1966 dan konsep akselerasi pembangunan II yang diusung Ali Moertopo. Soeharto merestrukturisasi politik dan ekonomi dengan dwi tujuan, bisa tercapainya stabilitas politik pada satu sisi dan pertumbuhan ekonomi di pihak lain. Dengan ditopang kekuatan Golkar, TNI, dan lembaga pemikir serta dukungan kapital internasional, Soeharto mampu menciptakan sistem politik dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi.
Jenderal Soeharto Penguasa Orde Baru
Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) tahun 1966 merupakan dasar legalitas dimulainya pemerintahan Orde Baru di Indonesia. Orde Baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa, dan negara, yang diletakan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dan juga dapat dikatakan bahwa Orde Baru merupakan koreksi terhadap penyelewangan pada masa lampau, dan berusaha untuk menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan bangsa. Melalui Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966, Letjen Soeharto ditugaskan oleh MPRS untuk membentuk Kabinet Ampera. Akibatnya muncul dualisme kepemimpinan nasional. Berdasarkan Keputrusan Presiden No. 163 tanggal 25 Juli 1966 dibentuklah Kabinet Ampera.Dalam kabinet baru tersebut Soekarno tetap sebagai presiden dan sekaligus menjabat sebagai pimpinan kabinet. Tetapi ketika kabinet Ampera dirombak pada tanggal 11 Oktober 1966, jabatan Presiden tetap dipegang Soekarno, dan Letjen Soeharto diangkat sebagai perdanamenteri yang memiliki kekuasaan eksekutif dalam kabinet Ampera yang disempurnakan. Sesuai dengan Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966, menyebabkan kekuasaan pemerintahan di tangan Soeharto semakin besar sejak awal tahun 1967. Pada 10 Januari 1967 Presiden Soekarno menyerahkan Pelengkap pidato pertanggungjawaban presiden yang disebut PelNawaksara, tidak diterima oleh MPRS berdasarkan Keputusan Pimpinan MPRS No. 13/B/1967. Dan pada tanggal 20 Februari diumumkan tentang penyerahan kekuasaan kepada pengemban Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966. Sebagai tindak lanjut lembaga tertinggi Negara ini mengeluarkan Ketetapan No. XXXIII/MPRS/1967 tertanggal 12 Maret 1967, yang secara resmi mencabut seluruh kekuasaan pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno, dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat presiden Republik Indonesia. Dengan dikeluarkannya Ketetapan MPRS itu, situasi konflik yang telah menyebabkan terjadinya instabilitas politik nasional dapat teratasi. Dan pada tanggal 27 Maret 1968 Soeharto diangkat sebagai presiden Republik Indonesia berdasarkan Ketetapan MPRS No. XLIV/MPRS/1968, sampai presiden baru hasil pemilu ditetapkanLangkah-langkah yang dilakukan adalah
1.Pembentukan Kabinet Pembangunan
Kabinet pertama pada masa peralihan kekuasaan adalah Kabinet Ampera dengan tugasnya Dwi Darma Kabinat Ampera yaitu menciptakan stabilitas politik dan stabilitasekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Program Kabinet Ampera terkenal dengan nama Catur Karya Kabinet Ampera yakni
· Memperbaiki
kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan
· Melaksanakan
pemilihan umum dalam batas waktu yang ditetapkan, yaitu tanggal 5 Juli 1968
· Melaksanakan
politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional
· Melanjutkan
perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan
manifestasinya
· Setelah
MPRS pada tanggal 27 Maret 1968 menetapkan Soeharto sebagai presiden RI untuk
masa jabatan lima tahun, maka dibentuklah
Kabinet Pembangunan dengan tugasnya yang disebut Panca
Krida yang meliputi:
1. Menciptakan stabilitas
politik dan ekonomi
2. Menyusun dan melaksanakan
Pemilihan Umum
3. Mengikis habis sisa-sisa
Gerakan 30 September
4. Membersihkan aparatur
Negara di pusat dan daerah dari pengaruh PKI.
2.Pembubaran PKI dan Organisasi massanya
Dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, serta stabilitas pemerintahan, Soeharto sebagai pengemban Supersemar telah mengeluarkan kebijakan:
Dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, serta stabilitas pemerintahan, Soeharto sebagai pengemban Supersemar telah mengeluarkan kebijakan:
· Membubarkan
PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan Ketetapan MPRS No
IX/MPRS/1966
· Menyatakan
PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia
· Pada
tanggal 8 Maret 1966 mengamankan 15 orang menteri yang dianggap terlibat
Gerakan 30 September 1965.
3.Penyederhanaan Partai Politik
Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang pertama pada masa Orde Baru pemerintahan pemerintah melakukan penyederhaan dan penggabungan (fusi) partai- partai politik menjadi tiga kekuatan social politik. Penggabungan partai-partai politik tersebut tidak didasarkan pada kesamaan ideology, tetapi lebih atas persamaan program. Tigakekuatan social politik itu adalah:
Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang pertama pada masa Orde Baru pemerintahan pemerintah melakukan penyederhaan dan penggabungan (fusi) partai- partai politik menjadi tiga kekuatan social politik. Penggabungan partai-partai politik tersebut tidak didasarkan pada kesamaan ideology, tetapi lebih atas persamaan program. Tigakekuatan social politik itu adalah:
· Partai
Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan dari NU, Parmusi, PSII, dan
PERTI
· Partai
Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari PNI, Partai Katolik,
Partai Murba, IPKI, dan Parkindo
· Golongan
Karya
4.Pemilihan Umum
Selama masa Orde Baru pemerintah berhasil melaksanakan enam kali pemilihan umum, yaitu tahun 1971, 1977, 1985, 1987, 1992, dan 1997. Dalam setiap Pemilu yang diselenggarakan selama masa pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu memperoleh mayoritas suara dan memenangkan Pemilu. Pada Pemilu 1997 yang merupakan pemilu terakhir masa pemerintahan Orde Baru, Golkar memperoleh 74,51 % dengan perolehan 325 kursi di DPR, dan PPP memperoleh 5,43 %dengan peroleh 27 kursi Dan PDI mengalami kemorosotan perolehan suara hanya mendapat11 kursi. Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama masa pemerintahan Orde Baru telah menimbulkan kesan bahwa demokrasi di Indonesia telah berjalan dengan baik.
5.Peran Ganda (Dwi Fungsi) ABRI
Untuk menciptakan stabilitas politik, pemerintah Orde Baru memberikan peran ganda kepada ABRI, yaitu peran Hankam dan sosial. Peran ganda ABRI ini kemudian terkenal dengan sebutan Dwi Fungsi ABRI. Timbulnya pemberian peran ganda pada ABRI karena adanya pemikiran bahwa TNI adalah tentara pejuang dan pejuang tentara. Kedudukan TNI dan POLRI dalam pemerintahan adalah sama. di MPR dan DPR mereka mendapat jatah kursi dengan cara pengangkatan tanpa melalui Pemilu. Pertimbangan pengangkatan anggota MPR/DPR dari ABRI didasarkan pada fungsinya sebagai stabilitator dan dinamisator.Peran dinamisator sebanarnya telah diperankan ABRI sejak zaman Perang Kemerdekaan. Boleh dikatakan peran dinamisator telah menempatkan ABRI pada posisiyang terhormat dalam percaturan politik bangsa selama ini.
6.Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)
Pada tanggal 12 April 1976 Presiden Soeharto mengemukakan gagasan mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila, yang terkenal dengan nama Ekaprasatya Pancakarsa atau Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Untuk mendukung pelaksanaan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen, maka sejak tahun 1978 pemerintah menyelenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat.pemerintah menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal dan kehidupan berorganisasi. Semua bentuk organisasi tidak boleh menggunakan asasnya selain Pancasila. P4 merupakan suatu bentuk indoktrinasi ideologi, dan Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial masyarakat Indonesia. Pancasila merupakan prestasi tertinggi Orde Baru, . Mulai dari sistem ekonomi Pancasila, pers Pancasila, hubungan industri Pancasila, demokrasi Pancasila, dan sebagainya
7.Penataan Politik Luar Negeri
*Kembali menjadi anggota PBB
*Normalisasi Hubungan dengan Negara lain
-Pemulihan Hubungan dengan Singapura
-Pemulihan Hubungan dengan Malaysia
-Pembekuan Hubungan dengan RRC
8.Penataan Kehidupan Ekonomi
Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi
pemerintah Orde Baru melakukan langkah-langkah:
· Memperbaharui
kebijakan ekonomi, keuangan, dan pembangunan. Kebijakan ini didasari oleh
Ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1966.
· MPRS
mengeluarkan garis program pembangunan, yakni program penyelamatan, program
stabilisasi dan rehabilitasi.
Program pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi
nasional, terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Yang dimaksud dengan
stabilisasi ekonomi berarti mengendalikan inflasi agar harga barang-barang
tidak melonjak terus. Dan rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara fisik
sarana dan prasarana ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan
sistem ekonomi berencana yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah
terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Langkah-langkah
yang diambil Kabinet Ampera yang mengacu pada Ketetapan MPRS tersebut adalah:
· Mendobrak
kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan kemacetan.
Adapun yang menyebabkan terjadinya kemacetan ekonomi tersebut adalah:
1. Rendahnya penerimaan
negara.
2. Tinggi dan tidak efisiennya
pengeluaran negara.
3. Terlalu banyak dan tidak
efisiennya ekspansi kredit bank.
4. Terlalu banyak tunggakan
hutang luar negeri.
5. Penggunaan devisa bagi
impor yang sering kurang berorientasi pada kebutuhan prasarana.
Untuk melaksanakan langkah-langkah penyelamatan tersebut,
maka pemerintah Orde Baru menempuh cara-cara :
· Mengadakan
operasi pajak
· Melaksanakan
sistem pemungutan pajak baru, baik bagi pendapatan perorangan maupun kekayaan
dengan cara menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang.
· Menghemat
pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumtif dan rutin), serta menghapuskan
subsidi bagi perusahaan Negara.
· Membatasi
kredit bank dan menghapuskan kredit impor.
9.Kerjasama Luar Negeri
· Pertemuan
Tokyo
· Pertemuan
Amsterdam
10.Pembangunan Nasional
· Trilogi
Pembangunan
· Pelaksanaan
Pemabngunan Sosial
11.Konflik Perpecahan Pasca Orde Baru
Di masa Orde Baru pemerintah sangat mengutamakan persatuan bangsa Indonesia. Setiap hari media massa seperti radio dan televisi mendengungkan slogan "persatuan dan kesatuan bangsa". Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah meningkatkan transmigrasi dari daerah yang padat penduduknya seperti Jawa, Bali dan Madura ke luar Jawa, terutama ke Kalimantan, Sulawesi, Timor Timur, dan Irian Jaya. Namun dampak negatif yang tidak diperhitungkan dari program ini adalah terjadinya marjinalisasi terhadap penduduk setempat dan kecemburuan terhadap penduduk pendatang yang banyak mendapatkan bantuan pemerintah. Muncul tuduhan bahwa program transmigrasi sama dengan jawanisasi yang sentimen anti-Jawa di berbagai daerah, meskipun tidak semua transmigran itu orang Jawa.
12.Kelebihan sistem Pemerintahan Orde Baru
· Perkembangan
GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah
mencapai lebih dari AS$1.565
· Sukses
transmigrasi
· Sukses KB
· Sukses
memerangi buta huruf
· Sukses
swasembada pangan
· Pengangguran
minimum
· Sukses
REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
· Sukses
Gerakan Wajib Belajar
· Sukses
Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh
· Sukses
keamanan dalam negeri
· Investor
asing mau menanamkan modal di Indonesia
· Sukses
menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri
13.Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru
1. Semaraknya korupsi, kolusi,
nepotisme
2. Pembangunan Indonesia yang
tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah,
sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar disedot ke pusat
3. Munculnya rasa
ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan, terutama di
Aceh dan Papua
4. Kecemburuan antara penduduk
setempat dengan para transmigran yang memperoleh tunjangan pemerintah yang
cukup besar pada tahun-tahun pertamanya
5. Bertambahnya kesenjangan
sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan si miskin)
6. Pelanggaran HAM kepada
masyarakat non pribumi (terutama masyarakat Tionghoa)
7. Kritik dibungkam dan
oposisi diharamkan
8. Kebebasan pers sangat
terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibredel
9. Penggunaan kekerasan untuk
menciptakan keamanan, antara lain dengan program "Penembakan
Misterius"
10. Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke
pemerintah/presiden selanjutnya)
11. Menurunnya kualitas birokrasi Indonesia yang
terjangkit penyakit Asal Bapak Senang, hal ini kesalahan paling fatal Orde Baru
karena tanpa birokrasi yang efektif negara pasti hancur.
12. Menurunnya kualitas tentara karena level elit
terlalu sibuk berpolitik sehingga kurang memperhatikan kesejahteraan anak buah.
13. Pelaku ekonomi yang dominan adalah lebih dari 70%
aset kekayaaan negara dipegang oleh swasta
Pasca-Orde Baru
Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan sebagai tanda akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan "Era Reformasi".Masih adanya tokoh-tokoh penting pada masa Orde Baru di jajaran pemerintahan pada masa Reformasi ini sering membuat beberapa orang mengatakan bahwa Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena itu Era Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut sebagai "Era Pasca Orde Baru".
Meski diliputi oleh kerusuhan etnis dan lepasnya Timor Timur, transformasi dari Orde Baru ke Era Reformasi berjalan relatif lancar dibandingkan negara lain seperti Uni Soviet dan Yugoslavia. Hal ini tak lepas dari peran Habibie yang berhasil meletakkan pondasi baru yang terbukti lebih kokoh dan kuat menghadapi perubahan zaman.
Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan sebagai tanda akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan "Era Reformasi".Masih adanya tokoh-tokoh penting pada masa Orde Baru di jajaran pemerintahan pada masa Reformasi ini sering membuat beberapa orang mengatakan bahwa Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena itu Era Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut sebagai "Era Pasca Orde Baru".
Meski diliputi oleh kerusuhan etnis dan lepasnya Timor Timur, transformasi dari Orde Baru ke Era Reformasi berjalan relatif lancar dibandingkan negara lain seperti Uni Soviet dan Yugoslavia. Hal ini tak lepas dari peran Habibie yang berhasil meletakkan pondasi baru yang terbukti lebih kokoh dan kuat menghadapi perubahan zaman.
Kategoril: Sejarah